Kami sudah menjalin hubungan hampir 6 tahun. Bertahan selama itu tidaklah mudah. Banyak kenangan yang tercipta dan cita-cita kemana hubungan ini akan dibawa. Bukankah setiap pasangan menginginkan pernikahan? Menjadi pasangan yang bahagia dan saling memiliki secara utuh. Tapi, takdir Tuhan berkata lain, Niko bukan untukku.
Aku mengenalnya saat ospek kuliah. Dia salah satu panitia ospek sekaligus seniorku. Awalnya chattingan mengenai ospek, namun lama-kelamaan kami semakin dekat. Membahas apapun agar chattingan tidak cepat berakhir. Hanya butuh waktu 2 bulan PDKT, akhirnya kami menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.
Niko adalah mahasiswa hukum, sedangkan aku mahasiswi akuntansi. Hampir setiap hari bercerita apa saja kegiatan yang dilakukan, bagaimana suasana kelas, teman atau dosen yang mengajar. Jika kami memiliki waktu istirahat yang sama, kami bertemu di kantin untuk sekedar makan sambil bercerita. Awal pacaran semua terasa indah. Menginjak 1 tahun pacaran, masalah mulai bermunculan. Tapi, aku dan Niko selalu bisa mengatasinya. Kami selalu terbuka dan sudah memahami bagaimana karakter masing-masing. Dimataku, Niko adalah pria yang dewasa, pintar, romantis, baik dan lembut.
Aku ingat waktu masih pacaran, Niko suka tiba-tiba memberi surprise untukku. Sederhana, tapi aku selalu suka. Dia tahu apapun yang aku suka, termasuk makanan favoritku. Pernah suatu malam seorang bapak-bapak datang ke rumah dan memberiku roti bakar. Aku bingung, tapi bapak itu memaksaku untuk menerima, dia bilang ada seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk mengirim roti bakar itu. Aku pun menerimanya dan kembali masuk ke rumah. HPku berbunyi, notif chat masuk.
“Udah datang roti bakarnya? Makan ya sayang.”
“Ya ampun Niko. Hahaha. Makasih ya sayang, kenapa sih ga langsung ke rumah aja?” aku membalas, sambil tersenyum malu. Ah dia memang pria yang selalu membuat aku jatuh cinta.
“Besok ya. Abisin loh roti bakarnya.”
“Siap, sayang. I love you”
“Love you too”
---
Aku mengenalnya saat ospek kuliah. Dia salah satu panitia ospek sekaligus seniorku. Awalnya chattingan mengenai ospek, namun lama-kelamaan kami semakin dekat. Membahas apapun agar chattingan tidak cepat berakhir. Hanya butuh waktu 2 bulan PDKT, akhirnya kami menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.
Niko adalah mahasiswa hukum, sedangkan aku mahasiswi akuntansi. Hampir setiap hari bercerita apa saja kegiatan yang dilakukan, bagaimana suasana kelas, teman atau dosen yang mengajar. Jika kami memiliki waktu istirahat yang sama, kami bertemu di kantin untuk sekedar makan sambil bercerita. Awal pacaran semua terasa indah. Menginjak 1 tahun pacaran, masalah mulai bermunculan. Tapi, aku dan Niko selalu bisa mengatasinya. Kami selalu terbuka dan sudah memahami bagaimana karakter masing-masing. Dimataku, Niko adalah pria yang dewasa, pintar, romantis, baik dan lembut.
Aku ingat waktu masih pacaran, Niko suka tiba-tiba memberi surprise untukku. Sederhana, tapi aku selalu suka. Dia tahu apapun yang aku suka, termasuk makanan favoritku. Pernah suatu malam seorang bapak-bapak datang ke rumah dan memberiku roti bakar. Aku bingung, tapi bapak itu memaksaku untuk menerima, dia bilang ada seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk mengirim roti bakar itu. Aku pun menerimanya dan kembali masuk ke rumah. HPku berbunyi, notif chat masuk.
“Udah datang roti bakarnya? Makan ya sayang.”
“Ya ampun Niko. Hahaha. Makasih ya sayang, kenapa sih ga langsung ke rumah aja?” aku membalas, sambil tersenyum malu. Ah dia memang pria yang selalu membuat aku jatuh cinta.
“Besok ya. Abisin loh roti bakarnya.”
“Siap, sayang. I love you”
“Love you too”
---